Permasalahan yang terus muncul di dunia
pendidikan diakibatkan karena tidak terselesaikannya akar permasalahan. Selama
ini pemangku kebijakan pendidikan lebih tersibukkan dengan mengobati
gejala-gejalanya sehingga permasalahan yang sama muncul kembali. Lunturnya
nilai-nilai positif suatu sekolah diakibatkan rendahnya pembiasaan positif di
dalam kelas. Pembiasaan positif dilakukan bukan dari kesadaran hati untuk
melaksanakan kebiasaan positif atau motivasi instrinsik dirinya akan tetapi
karena berbagai dorongan dari luar seperti takut dihukum, takut karena ada
guru, malu sama teman, atau mengharapkan hadiah dan penghargaan setelah
melakukan pembiasaan. Pembiasaan positif tersebut jadinya hanya bersifat semu
dan akhirnya ketika factor dari luarnya tidak ada, pembiasaan positif pun ikut
hilang dan digantikan dengan pembiasaan negatif.
Menjadi pekerjaan
bersama untuk menjadikan pembiasaan positif tumbuh dan tertanam secara sadar
dilakukan secara konsisten oleh seluruh warga sekolah khususnya peserta didik.
Pembiasaan positif tersebut terbentuk dari disiplin positif yang tujuan
akhirnya terbiasa, tertanam dan terbentuk budaya sekolah. Budaya yang
menjadikan kekhasan sekolah masing-masing. Budaya yang membedakan sekolah yang
satu dengan yang lainnya. Budaya positif sekolah tersebut bertujuan untuk
membentuk profil pelajar Pancasila yang Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa dan berakhlak mulia, Mandiri, Bernalar kritis, Kebinekaan global,
Bergotong Royong, dan Kreatif.
Budaya positif
sekolah akan terwujud jika tertanam dan terbiasa dilakukan di dalam kelas
dengan peran serta pendidik dan peserta didik sebagai actor utama.
Pertanyaannya bagaimana pembiasaan positif bisa terus ditanamkan dan dibiasakan
sehingga membentuk disiplin positif dan tercipta budaya positif sekolah.
Bagaimana Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia,
Mandiri, Bernalar kritis, Kebinekaan global, bergotong royong dan kreatif
sebagai nilai yang dimiliki profil pelajar pancasila dapat menyatu dengan
peserta didik di SMAN 2 Kec. Harau Kab. Lima Puluh Kota- Sumbar.
2. TUJUAN
- Untuk Menumbuhkan karakter baik pada siswa
seperti mandiri, tanggung jawab, percaya diri dan saling menghargai.
- Terbentuknya keyakinan kelas melalui
kegiatan kesepakatan kelas yang dilakukan bersama wali kelas dan siswa.
- Siswa dan murid konsisten dalam menjaankan
keyakinan kelas seperti yang sudah disepakati.
3. DESKRIPSI AKSI NYATA
Disiplin
positif yang merupakan landasan untuk membangun budaya positif di sekolah.
Menerapkan disiplin positif berarti membekali murid dengan keterampilan sosial
dan mendukung pertumbuhan karakter yang baik seperti rasa hormat, kepedulian
terhadap orang lain, komunikasi yang efektif, pemecahan masalah, tanggung jawab
kontribusi, kerja sama. Menerapkan pendekatan disiplin positif dapat membantu
sekolah memainkan peran penting dalam menciptakan masyarakat yang lebih adil
dan manusiawi.
Murid
cenderung menjadikan orang dewasa sebagai model; jika murid melihat orang
dewasa menggunakan kekerasan fisik atau psikologis, mereka akan belajar bahwa
kekerasan dapat diterima sehingga ada kemungkinan mereka akan menggunakan
kekerasan terhadap orang .
Dalam
pembuatan keyakinan kelas perlu adanya partisipasi penuh dari siswa dan
pendapat siswa sehingga keyakinan kelas yang telah dibentuk dapat diKerapkan
oleh siswa.
Di
kelas XII Mipa 1 telah dibuat suatu keyakinan /kesepakatan kelas supaya
tercipta suasana kelas yang nyaman. Saya meminta ketua kelas dan sekretaris
untuk memimpin pembuatan keyakinan kelas. Dengan semangat mereka menyampaiakan
pendapat mereka dan disepakati bersama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar