Rabu, 23 Februari 2022

PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI

 Pembelajaran Berdiferensiasi

Oleh: Riza Asfa.

A.  Pengertian Pembelajaran Berdiferensiasi

Dilihat dari kata penyusun, pembelajaran berdiferensiasi terdiri dari dua kata yaitu pembelajaran dan diferensiasi. Berdasarankan KBBI versi daring, pembelajaran memiliki arti proses, cara, perbuatan menjadikan belajar. Sedangkan, berdiferensiasi memiliki arti proses, cara, perbuatan membedakan; pembedaan. Lantas, apa itu pembelajaran berdiferensiasi?

Menurut Tomlinson (2000), Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha untuk  menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid. Namun, apakah jika siswa berjumlah 28 orang, maka guru harus menyiapkan 28 model pembelajaran? Bukan pula  berarti bahwa guru harus memperbanyak jumlah soal untuk murid yang lebih cepat  bekerja dibandingkan yang lain. Pembelajaran berdiferensiasi juga bukan berarti  guru harus mengelompokkan yang pintar dengan yang pintar dan yang kurang  dengan yang kurang. Bukan pula memberikan tugas yang berbeda untuk setiap  anak.

Pembelajaran berdiferensiasi bukanlah sebuah proses pembelajaran yang  semrawut (chaotic), yang gurunya kemudian harus membuat beberapa  perencanaan pembelajaran sekaligus, dimana guru harus berlari ke sana kemari  untuk membantu si A, si B atau si C dalam waktu yang bersamaan. Bukan. Guru  tentunya bukanlah malaikat bersayap atau Superman yang bisa ke sana kemari  untuk berada di tempat yang berbeda-beda dalam satu waktu dan memecahkan  semua permasalahan. Lalu seperti apa sebenarnya pembelajaran berdiferensiasi? 

Guru memfasilitasi murid sesuai dengan kebutuhannya, karena setiap murid mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, sehingga tidak bisa diberi perlakuan yang sama. Dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi guru perlu memikirkan tindakan yang masuk akal yang nantinya akan diambil, karena pembelajaran berdiferensiasi tidak berarti pembelajaran dengan memberikan perlakuan atau tindakan yang berbeda untuk setiap murid, maupun pembelajaran yang membedakan antara murid yang pintar dengan yang kurang pintar.

Ciri-ciri atau kerekteristik pembelajaran berdiferensiasi antara lain; lingkungan belajar mengundang murid untuk belajar, kurikulum memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas, terdapat penilaian berkelanjutan, guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar murid, dan manajemen kelas efektif.

Contoh kelas yang menerapkan pembelajaran berdiferensiasi adalah ketika proses pembelajaran guru menggunakan beragam cara agar murid dapat mengeksploitasi isi kurikulum, guru juga memberikan beragam kegiatan yang masuk akal sehingga murid dapat mengerti dan memiliki informasi atau ide, serta guru memberikan beragam pilihan di mana murid dapat mendemonstrasikan apa yang mereka pelajari. Contoh kelas yang belum menerapkan pembelajaran berdiferensiasi adalah guru lebih memaksakan kehendaknya sendiri. Guru tidak memahami minat, dan keinginan murid. Kebutuhan belajar murid tidak semuanya terenuhi karena ketika proses pembelajaran menggunakan satu cara yang menurut guru sudah baik, guru tidak memberikan beragam kegiatan dan beragam pilihan.

Untuk dapat menerapkan pembelajaran berdiferensiasi di kelas, hal yang harus dilakukan oleh guru antara lain:

1. Melakukan pemetaan kebutuhan belajar berdasarkan tiga aspek, yaitu: kesiapan belajar, minat belajar, dan profil belajar murid (bisa dilakukan melalui wawancara, observasi, atau survey menggunakan angket, dll)

2. Merencanakan pembelajaran berdiferensiasi berdasarkan hasil pemetaan (memberikan berbagai pilihan baik dari strategi, materi, maupun cara belajar)

3. Mengevaluasi dan refleksi pembelajaran yang sudah berlangsung.

Pemetaan kebutuhan belajar merupakan kunci pokok kita untuk dapat menentukan langkah selanjutnya. Jika hasil pemetaan kita tidak akurat maka rencana pembelajaran dan tindakan yang kita buat dan lakukan akan menjadi kurang tepat. Untuk memetakan kebutuhan belajar murid kita juga memerlukan data yang akurat baik dari murid, orang tua/wali, maupun dari lingkungannya. Apalagi dimasa pandemi seperti ini, dimana murid melaksanakan PJJ sehingga interaksi secara langsung antara guru dengan murid sangat jarang. Akibatnya data yang kita kumpulkan untuk memetakan kebutuhan belajar murid sulit kita tentukan valid atau tidaknya. Dukungan dari orang tua dan murid untuk memberikan data yang lengkap dan benar sesuai kenyataan yang ada. Tidak ditambahi dan juga tidak dikurangi. Orang tua dan murid harus jujur ketika guru melakukan pemetaan kebutuhan belajar, baik elalui wawancara, angket, survey, dll.

 B. Strategi Pembelajaran Berdififerensiasi

Terdapat tiga strategi diferensiasi diantaranya;

1.     Direfensiasi konten

Konten adalah apa yang kita ajarkan kepada murid. Konten dapat dibedakan sebagai tanggapan terhadapa kesiapan, minat, dan profil belajar murid maupun kombinasi dari ketiganya.Guru perlu menyediakan bahan dan alat sesuai dengan kebutuhan belajar murid.

2.     Diferensiasi proses

Proses mengacu pada bagaimana murid akan memahami atau memaknai apa yang dipelajari.

Diferensiasi proses dapat dilakukan dengan cara:

a.  Menggunakan kegiatan berjenjang

b. Menyediakan pertanyaan pemandu atau tantangan yang perlu diselesaikan di sudut-sudut minat.

c.  Membuat agenda individual untuk murid (daftar tugas, memvariasikan lama waktu yang murid dapat ambil untuk menyelesaikan tugas,

d.  Memvariasikan lama waktu dalam penyelesaian tugas

e.  Mengembangkan kegiatan bervariasi yang mengakomodasi beragam gaya belajar.

f.  Menggunakan pengelompokan yang fleksibel dalam kesiapan, kemampuan dan minat.

3.     Diferensiasi produk

Guru memikirkan tentang tagihan apa yang kita harapkan dari murid.

Produk adalah hasil pekerjaan atau unjuk kerja yang harus ditunjukkan murid kepada kita (karangan, pidato, rekaman,hasil tes,presentasi, diagram) atau sesuatu yang ada wujudnya.

Produk yang diberikan meliputi 2 hal:

a.Memberikan tantangan dan keragaman atau variasi,

b.Memberikan murid pilihan bagaimana mereka dapat mengekspresikan pembelajaran yang diinginkan.

Penerapan pembelajaran berdiferensiasi akan memberikan dampak bagi sekolah, kelas, dan terutama kepada murid. Setiap murid memiliki karakteristik yang berbeda-beda, tidak semua murid bisa kita beri perlakuan yang sama. Jika kita tidak memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan murid maka hal tersebut dapat menghambat murid untuk bisa maju dan berkembang belajarnya. Dampak dari kelas yang menerapkan pembelajaran berdiferensiasi antara lain; setiap orang merasa disambut dengan baik, murid dengan berbagai karakteristik merasa dihargai, merasa aman, ada harapan bagi pertumbuhan, guru mengajar untuk mencapai kesuksesan, ada keadilan dalam bentuk nyata, guru dan murid berkolaborasi, kebutuhan belajar murid terfasilitasi dan terlayani dengan baik. Dari beberapa dampak tersebut diharapkan akan tercapai hasil belajar yang optimal.

Dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi tentunya kita akan mengalami berbagai tantangan dan hambatan. Guru harus tetap dapat bersikap positif, Untuk tetap dapat bersikap positif meskipun banyak tantangan dalam penerapan pembelajaran berdiferensiasi adalah:

1. Terus belajar dan berbagi pengalaman dengan teman sejawat lainnya yang mempunyai masalah yang sama dengan kita (membentuk Learning Community)   

2. Saling mendukung dan memberi semangat dengan sesama teman sejawat.

3. Menerapkan apa yang sudah kita peroleh dan bisa kita terapkan meskipun belum maksimal.

4. Terus berusaha untuk mengevaluasi dan memperbaiki proses pembelajaran yang sudah diterapkan  

C. Peran Penilaian dalam Pembelajaran Berdiferensiasi

Dalam praktik pembelajaran berdiferensiasi, proses penilaian memegang peranan yangsangat penting. Guru diharapkan memiliki pemahaman yang terus berkembang secara terus menerus tentang kemajuan akademik murid-muridnya agar ia bisa merencanakan pembelajaran sesuai dengan kemajuan tersebut. Guru diharapkan dapat mengetahui dimana posisi murid-muridnya saat mereka akan belajar dan mengaitkannya dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Tomlinson & Moon (2013) mengatakan bahwa penilaian adalah proses mengumpulkan,mensintesis, dan menafsirkan informasi di kelas untuk tujuan membantu pengambilan keputusan guru. Ini mencakup berbagai informasi yang membantu guru untuk

memahami murid mereka, memantau proses belajar mengajar, dan membangun komunitas kelas yang efektif.

Di dalam kelas, kita dapat memandang penilaian dalam 3 perspektif:

1.Assessment for learning - Penilaian yang dilakukan selama berlangsungnya proses pembelajaran dan biasanya digunakan sebagai dasar untuk melakukan perbaikan proses belajar mengajar. Berfungsi sebagai penilaian formatif. Sering disebut sebagai penilaian yang berkelanjutan (on-going assessment)

2.Assessment of learning - Penilaian yang dilaksanakan setelah proses pembelajaran selesai. Berfungsi sebagai penilaian sumatif

3.Assessment as learning - Penilaian sebagai proses belajar dan melibatkan murid-murid secara aktif dalam kegiatan penilaian tersebut. Penilaian ini juga dapat berfungsi sebagai penilaian formatif.

Berikut ini adalah beberapa contoh strategi penilaian formatif yang mungkin dapat dilakukan guru dengan mudah:

1. Tiket Keluar

2. Tiket Masuk

3. Berbagi 30 detik

4. Nama dalam Toples

5. 3-2-1

6. Refleksi

7. Pojok Pemahaman

8. Pojok Lima jari.

 

D. Alasan Mengapa Pembelajaran Berdiferensiasi dapat berhasil

 

 

7 alasan mengapa pembelajaran berdiferensial dapat berhasil:

1. Pembelajaran berdiferensial adalah bersifat proaktif.

2. Pembelajaran berdiferensial lebih bersifat kualitatif daripada kuantitatif

3. Pembelajaran berdiferensial berakar pada penilaian

4. Pembelajaran berdiferensial menggunakan beberapa pendekatan terhadap konten,proses dan produk

5. Pembelajaran berdiferensial berpusat pada murid

6. Pembelajaran berdiferensialmerupakan perpaduan darai pembelajaran seluruh kelas, kelompok dan individual

7. Pembelajaran berdiferensial bersifat “organik dan dinamis.

 

E. Kaitan Antar Materi Pembelajaran Berdiferensiasi dengan Pendidikan Guru Penggerak.

Pembelajaran berdiferensiasi sangat berkaitan dengan filosofi pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara, nilai dan peran guru penggerak, visi guru penggerak, serta budaya positif. Salah satu filosofi pendidkan menurut Ki Hajar Dewantara adalah guru harus dapat menuntun murid untuk berkembang sesuai dengan kodratnya, hal ini sangat sesuai dengan pembelajaran berdiferensiasi. Salah satu nilai dan peran guru penggerak adalah menciptakan pembelajaran yang berpihak kepada murid, yaitu pembelajaran yang memerdekakan pemikiran dan potensi murid. Hal tersebut sejalan dengan pembelajaran berdiferensiasi. Salah satu visi guru penggerak adalah mewujudkan merdeka belajar dan profil pelajar pancasila, untuk mewujudkan visi tersebut salah satu caranya adalah dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi. Budaya positif juga harus kita bangun agar dapat mendukung pembelajaran berdifensiasi.  

 

Jumat, 11 Februari 2022

Kegiatan MGMP 10 februari 2022

 Kamis, 10 februari 2022

MGMP Matematika SMA Kab. Lima Puluh kota.
"Tempat belajar bersama dan saling berbagi"
Itu tema ala saya saja untuk kegiatan MGMP kali ini. Kali ini kami belajar bersama tentang membuat LKPD dengan menggunakan Canva. Teman-teman, yang merupakan guru-guru
hebat
matematika SMA Kab.Lima Puluh Kota pada semangat berkreasi sesuai dengan kreatifitas masing-masing membuat LKPD matematika sma yang menarik bagi murid. Semangat selalu kawan, mari kita selalu belajar, berinovasi demi kemajuan pendidikan anak didik kita..
🙂







Berbagi praktik baik di SDN 03 Simpang kapuak-Lima Puluh Kota

Jumat, 27 Oktober 2023  Luar biasa semangat guru -guru hebat SDN 03 Simpang Kapuak dalam mengikuti pelatihan pembelajarna berbasis IT. Kami ...