Rabu, 25 Mei 2022

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.2 PEMIMPIN DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA

 

KONEKSI ANTAR MATERI

MODUL 3.2

PEMIMPIN DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA

Oleh : RIZA ASFA

SMAN 2 HARAU -KAB.LIM APULUH KOTA

SUMATERA BARAT

CGP ANGKATAN 4

 

A. SEKOLAH SEBAGAI EKOSISTEM

             Ekosistem merupakan sebuah tata interaksi antara makhluk hidup dan unsur yang tidak  hidup dalam sebuah lingkungan. Sebuah ekosistem mencirikan satu pola hubungan yang  saling menunjang pada sebuah teritorial atau lingkungan tertentu. Jika diibaratkan sebagai sebuah ekosistem, sekolah adalah sebuah bentuk interaksi antara faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup). Kedua unsur ini saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis. Dalam ekosistem sekolah, faktor-faktor biotik akan saling  memengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu sama lainnya. Faktor-faktor biotik yang ada dalam ekosistem sekolah di antaranya adalah:

- Murid

- Kepala Sekolah

- Guru

- Staf/Tenaga Kependidikan

- Pengawas Sekolah

- Orang Tua

- Masyarakat sekitar sekolah

- Dinas terkait

- Pemerintah daerah

 

Selain faktor-faktor biotik yang sudah disebutkan, faktor-faktor abiotik yang juga

berperan aktif dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran di antaranya

adalah:

- Keuangan

- Sarana dan prasarana

- Lingkungan alam

B. PENDEKATAN DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA

Dalam rangka mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid, sekolah akan berhasil jika mampu memandang segala aset (sumber daya) yang dimiliki sebagai sebuah keunggulan bukan memandang sebagai sebuah kekurangan. Sekolah akan berfokus pada pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya yang dimiliki tanpa lebih banyak memikirkan pada sisi kekurangan yang ada. Dalam pengelolaan sumber daya yang dimiliki oleh sekolah ada 2 pendekatan yang dapat dilakukan yaitu:

1. Pendekatan berbasis kekurangan/masalah ( Deficit-Based Approach)

Pendekatan yang akan memusatkan  perhatian kita pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak  berfungsi dengan baik. Kita mengeluhkan banyak fasilitas sekolah yang tidak berfungsi  baik, buku ajar yang tidak lengkap, atau sekolah yang tidak tidak memiliki laboratorium. Kekurangan yang dimiliki mendorong cara berpikir negatif sehingga fokus kita adalah bagaimana mengatasi semua kekurangan atau apa yang menghalangi tercapainya kesuksesan yang ingin diraih. Semakin lama, secara tidak sadar kita menjadi seseorang yang tidak nyaman dan curiga yang dapat menjadikan kita buta terhadap potensi dan peluang yang ada di sekitar.

2. Pendekatan berbasis Aset/Kekuatan (Asset-Based Approach)

Pendekatan berbasis aset (Asset-Based Approach)  adalah sebuah konsep yang dikembangkan oleh Dr. Kathryn Cramer, seorang ahli psikologi yang menekuni kekuatan berpikir positif untuk pengembangan diri. Pendekatan ini merupakan cara praktis menemukenali hal-hal yang positif dalam kehidupan. Dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, kita diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang berjalan dengan baik, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.

Green & Haines (2010) menjelaskan kecenderungan cara pandang yang menggunakan pendekatan berbasis kekurangan dengan pendekatan berbasis aset seperti yang dapat dilihat dari tabel di bawah ini.

 

Tabel 1.1. Perbandingan dua Pendekatan

 

C. PENDEKATAN ABCD (ASSET-BASSED COMMUNITY DEVELOPMENT)

Pendekatan ABCD atau untuk selanjutnya disebut sebagai pendekatan pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) merupakan suatu kerangka kerja yang dikembangkan oleh John McKnight dan Jody Kretzmann, di mana keduanya adalah pendiri dari ABCD Institute di Northwestern University, Amerika Serikat ABCD dibangun dari kemampuan, pengalaman, pengetahuan, dan hasrat yang dimiliki oleh anggota komunitas, kekuatan perkumpulan lokal, dan dukungan positif dari lembaga lokal untuk menciptakan kehidupan komunitas yang berkelanjutan (Kretzman, 2010).

Pendekatan PKBA merupakan pendekatan yang digerakan oleh seluruh pihak yang ada di dalam sebuah komunitas atau disebut sebagai community-driven develpoment. Di dalam buku ‘Participant manual of mobilizing Assets for Community-driven Development’ (Cunningham, 2021) menuliskan perbedaannya dengan pendekatan yang dibantu oleh pihak luar. Penjelasan yang ada sebetulnya ditujukan untuk pengembangan masyarakat, namun tetap bisa kita implementasikan pada lingkungan sekolah karena sebetulnya adalah miniatur sebuah tatanan masyarakat di suatu daerah.

1. Perubahan masayraat yang signifikant karena warga lokal dalam masyarakat tersebut yang mengupayakan perubahan. Apabila kita aplikasikan ke lingkungan sekolah dan seluruh warga sekolah berupaya melakukan perubahan maka perubahan tersebut pasti akan terjadi.

2. Warga masyarakat akan bertanggung jawab pada yang sudah mereka mulai. Dengan demikian setiap warga sekolah akan bertanggung jawab atas apa yang sudah dimulai.

3. Membangun dan membina hubungan merupakan inti dari membangun masyarakat inklusif yang sehat. Membangun dan membina hibungan antar warga sekolah seperti hubungan guru-gur, guru- kepala sekolah,guru-murid, guru-staf sekolah, staf sekolah-murid, ataupin kepala sekolah-murid menjadi sangat penting untuk membangun sekolah yang sehat dan inklusif.

4. Masyarakat tidak pernah dibangun dengan berfolus terus pada kekurangan, kebutuhan dan masalah. Masyarakat merespon secara kreatif ketika fokus pembangunan pada sumber daya-sumber daya yang tersedia, kapasitas yang kita miliki serta kekuaatan dan aspirasi yang sudah ada.

5. Kekuatan sekolah berbanding lurus dengan tingkat keberagaman keinginan unsur sekolah yang ada dan pada tingkaat kemampuan mereka untuk menyumbangkan kemampuan yang ada pada mereka dan aset yang ada untuk sekolah yang lebih baik.

6. Dalam setiap unsur sekolah, pasti ada sesuatu yang berhasil. Dari pada menanyakan “ada masalah apa?” dan “bagaiamana memperbaikinya?”, lebih baik bertanya “apa yang telah berhasil dilakukan?’ dan “bagaimana mengupayakan lebih banyak hasil lagi?”. cara bertanya ini mendorong energi dan kreativitas.

7. Menciptakan perubahan yang positif mulai dari sebuah perbincangan sederhana. Hal ini merupakan cara bagaimana manusia selalu berpikir bersama dan mencetuskan/memulai suatu tindakan.

8. Suasana yang menyenangkan harus merupakan salah satu prioritas tinggi dalam setiap upaya membangun sekolah.

9. Faktor utama dalam perubahan yang berkelanjitan adalah kepemimpinan lokal dan pengembangan dan pembaharuan kepemimpinan iru secara terus menerus.

10. Titik awal perubahan selalu pada perubahan pola pikir(minset) dan siakp yang positif.

 

D. ASET -ASET DALAM KOMUNITAS

            Sebagai sebuah komunitas, sekolah dapat memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya sama seperti komunitas pada umumnya. Pemanfaatan sumber daya yang dimiliki sekolah dapat memanfaatkan konsep yang digunakan pada pendekatan pengembangan komunitas berbasis aset. Kita dapat meminjam kerangka dari Green dan Haines (2016), yang memetakan 7 aset utama, atau di dalam buku ini disebut sebagai modal utama. Tujuh modal utama ini merupakan salah satu alat yang dapat membantu menemukenali sumber daya yang menjadi aset sekolah. Dalam pemanfaatannya, ketujuh aset ini dapat saling beririsan.

Menurut Green dan Haines (2002) dalam Asset building and community development , ada 7 aset utama sebagai modal utama yaitu:

Kategori Aset

Contoh Rincian Aset

1.Modal Manusia 

ü Sumber daya manusia yang berkualitas, investasi pada sumber daya manusia menjadi sangat penting yang berhubungan dengan kesehatan,pendidikan,kesejahteraan dan harga diri seseorang yang dimiliki sekolah.

ü Pemetaan modal atau aset invidu merupakan kegiatan menginvestaris pengetahuan,kecerdasan dan keterampilan yang dimiliki setiap warganya dalam sebuah komunitas.

ü Pendekatan lain mengelompoka aset atau modal ini dengan melihat kecakapan seseorang yang berhubungan dengan masyarakat.

 

Modal manusia yang telah dimiliki sekolah tempat saya dinas adalah sebagai berikut

1. Kepala Sekolah

2. Tenaga guru dan tenaga kependidikan yang berkualifikasi S1 dan S2

3. Murid.

4. Orang tua murid

5. Komite sekolah

6. Pengawas sekolah.

7. Masyarakat.

2.Modal Sosial

ü Norma/aturan yang mengikat warga masyarakat yang ada didalamnya dan juga mengatur pola perilaku warga juga unsur kepercayaan dan jaringan antar unsur yang ada.

ü Investasi yang berdampak bagaimana manusia, kelompok dan organisasi dalam komunitas berdampingan.

Modal Sosial yang kami miliki saat ini adalah:

1. Peraturan sekolah

2. Peraturan Asrama

3. Komunitas praktisi.

 

 

 

 

3.Modal Fisik

ü Bangunan yang bisa digunakan untuk kelas atau lokasi proses pembelajaran,laboratorium,pertemuan ataupun pelatihan.

ü Infrastruktur atau saran prasarana.

 

Modal Fisik yang kami miliki saat ini

1. Ruang kepala sekolah, Guru, TU.

2. Ruang Kelas

3. Ruang Labor Kimia.

4. Ruang Labor Fisika

5. Ruang Labor Biologi.

6. Perpustakaan.

7. Labor TIK

8. Mobiler lain untuk mendukung pembelajaran

9. Lapangan basket,volley.

10. Mesjid.

11. Kantin.

12. Instalasi listrik dan air bersih.

 

4.Modal Lingkungan/Alam

Potensi yang belum diolah dan mempunyai nilai ekonomi tinggi dalam upaya pelestarian alam dan juga kenyamanan hidup.

Modal lingkungan /Alam :

Tanah lokasi sekolah terletak dijalur tempat wisata, Lingkungan yang asri, nyaman dan aman, udara bersih.

 

5.Modal Finansial

Dukungan keuangan yang dimiliki dan dapat digunakan untuk pembiayaan proses pembangunan dan kegiatan.

Modal Finansial yang telah kami miliki berasal dari

1. BOP

2. BOS

3. Dana Aspirasi.

6.Modal Politik

ü Ukuran keterlibatan sosial.

ü Lembaga pemerintah/perwakilan dan semua lapisan kelompok yang memiliki hubungan dengan sekolah.

Modal Politik yang dimiliki:

Lokasi sekolah Berada di ibukota kabupaten. Mudah dan dekat melakukan kerjasama dengan lembaga-lembaga pemerintahan.


7.Modal Agama dan Budaya

Keberadaan kegiatan ritual kebudayaan dan keagamaan, kelembagaan, dan tokoh-tokoh penting yang berpotensi untuk menunjang pengembangan kegiatan sekolah.

Modal Agama Yang dimiliki:

1. Agama islam

2. Shalat berjamaah.

3. Program Tahfiz

4. Pembiasaan sholat dhuha.

5. Budaya 5S dan sumbang 12.

 

 

 

 

 

Tabel 1.2. Aset-aset/modal yang dimiliki oleh komunitas.

 


                                                     Gambar 1.1. Aset/Modal Sekolah.

E. REFLEKSI

        Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pemimpin dalam pengelolaan sumber daya merupakan sebuah kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin dalam mengelola dan memanfaatkan berbagai aset-aset yang dimiliki oleh sekolahnya alam rangka mewujudkan visi dan misi sekolah untuk mencapai peningkatan mutu pendidikan di sekolah dan mewujudkan pembelajaaran yang berpihak pada murid. Salah satu aset yang paling utama yang dimiliki sekolah yaitu modal manusia. Jika modal manusia ini mampu dimanfaatkan dan dikelola dengan baik maka mutu pendidikan di sekolah akan meningkat. Seorang pemimpin sekolah harus mampu menggerakan guru-guru yang adad di sekolah untuk dapat melaksanakan pembelajaran yang aktif, kreatif, menyenangkan dan juga pembelajaaran berdiferensiasi sehingga pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru lebih berpihak pada murid. Dengan sekolah mampu mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid maka segala minat, bakat, dan potensi yang dimiliki oleh murid akan dapat berkembang secara maksimal.

    Muncul pertanyaan, bagaimana saya sebagai bagian komunitas di sekolah dapat mengimplementasikan pemimpin pembelajaran dalam  pengelolaan sumber daya?. Untuk dapat mengimplementasikan modul pemimpin dalam pengelolaan sumber daya di kelas, sekolah dan masyarakat sekitar sekolah maka sebagai seorang pemimpin harus mampu bersinergi dengan semua pihak yang ada di sekolah baik dewan guru, tenaga kependidikan ,siswa, orang tua siswa dan juga masyarakat sekitar sekolah untuk dapat secara bersama-sama menginventarisir/memetakan segala sumber daya/aset yang dimiliki sekolah dan menjadikan segala aset tersebut sebagai kekuatan yang dimiliki oleh skeolah untuk dikelola dan dimanfaatkan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan sekolah. Kita harus sadar dengan kelebihan yang kita miliki dan kita harus memanfaatkan kelebihan tersebut. Jangan hanya memandang kelemahan/ kekurangan yang ada saja. Contohnya aset yang digunakan dalam pembelajaran. Memanfaatkan lingkungan sebagai media untuk belajar, misalkan saya menjelaskan tentang phytagoras kepada siswa kelas X. Saya mengajak siswa keluar kelas menuju lapangan upacara yang ada tiang benderanya. Dengan memanfaatkan aset manusia yaitu murid dan guru kemudian memanfaatkan aset lingkungan tiang bendera mencari tinggi tiang bendera dengan menggunakan konsep phytagoras. Selain itu mungkin banyak hal lain yang bisa saya lakukan sebagai seorang guru untuk memanfaatkan sumber daya yang dimiliki dengan mengenal dulu apa sumber daya yang ada.

 

F. KAITAN MODUL PEMIMPIN PEMBELAJARAN DALAM  PENGELOLAAN SUMBER DAYA DENGAN MODUL LAIN.

            Materi di dalam program guru penggerak mempunyai tujuan yang satu yaitu menjadikan siswa menjadi pelajar profil pancasila. Adapun kaitan modul 3.2. , pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan seumber daya dengan modul-modul yang sudah dipelajari adalah sebagai berikut:

NO

MODUL

KAITAN DENGAN MODUL MENGELOLAAN SUMBER DAYA

1. 

Modul 1.1

REFLEKSI FILOSOFI PENDIDIKAN INDONESIA KI HADJAR DEWANTARA

Menurut KHD, Pendidikan adalah suatu proses memberi tuntunan terhadap segala segala kekuatan kodrat yang ada pada anak agar dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.

Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus cerdas dalam mengelola dan menggali kemampuan dan potensi yang ada pada muridnya, menyesuaikan dengan kodrat yang telah dimiliki murid, agar murid nyaman, bahagia selama proses belajar di sekolah.

2.

Modul 1.2

NILAI DAN PERAN GURU PENGGERAK

Nilai guru penggerak yaitu  yaitu:

a. berpihak pada murid

b. Mandiri

c. Kolaboratif

d. Reflektif

e. inovatif

Nilai guru pengerak tersebut menjadi nilai positif yang digunaan untuk mengelola sumber daya agar tepat guna dan tepat sasaran. Dengan diterapkannya nilai-nilai ini maka sekolah akan dapat mewujudkan murid yang memiliki profil pelajar pancasila.

3

Modul 1.3

VISI GURU PENGGERAK

Materi pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya juga berkaitan dengan materi visi guru penggerak. Seorang pemimpin harus mampu meyusun visi  dan misi yang jelas., terarah dan tentunya nanti visi yang disusun tersebut harus berpihak pada sumber daya yang dimiliki sekolah terutama guru dan juga murid. Melalui penerapan inkuiri aperseatif dengan menggunakan tahapan BAGJA, seorang pemimpin akan dapat melakukan peubahan positif yang akhirnya menghasilkan budaya positif.

4

Modul 1.4

BUDAYA POSITIF

Perubahan positif yang dihasilkan dari penerapan Inkuiri Apersiatif , digali dari sumber daya yang ada oleh pemimpin pembelajaran menghasilkan budaya positif.

5

Modul 2.1

MEMENUHI KEBUTUUHAN BELAJAR MURID MELALUI PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI

Sebagai seorang pemimpin pembelajaran harus mampu melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan minat ,profil dan bakat murid yang dikenal sebagai pembelajaran berdiferensiasi. Untuk dapat melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi maka seorang pemimpin harus mampunyai kemampuan untuk memetakan dan menggali  sumber daya yang dimiliki oleh murid sehingga pembelajaran berdiferensi terlaksana dengan baik.

6

Modul 2.2

PEMBELAJARAN SOSIAL DAN EMOSIONAL

Kekuatan yang dimiliki oelh murid dapat dikembangkan lebih jauh lagi dengan memperhatikan sisi sosial dan emosional murid. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran kita harus memahami  dan mengelola sisi sosial emosional murid sehingga nanti terciptalahpembelajaran yang berpihak pada murid.

7.

Modul 2.3

COACHING

Coaching sangat diperlukan untuk menggali masalah dan potensi yang dimilik murid sehingga murid mampu menemukan penyelesaian dari masalah yang dihadapi oleh murid terkait dengan pemanfaatan sumber daya. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran harus mampu memetakan sumber daya murid dalam menyelesaikan masalah mereka sendiri.

8.

Modul 3.1

PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN.

Terdapat prinsip  dan langkah-langkah pengambilan keputusan ketika berada dalam situasi dilema etika dan bujukan moral. Dalam pengelolaan sumber daya/aset dibutuhkan kemampuan pemimpin dalam mengambil keputusan ketika melaksanakan pengelolaan sumber daya yang ada.Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, tepat dalam mengelola sumber daya agar tidak keluar dari norma dan aturan yang ada.

Tabel 1.3. Koneksi materi modul 3.2 dengan modul lainnya.


            Muncul lagi pertanyaan, bagaimana hubungan terkait materi sebelum dan sesuadah mengikuti pelatihan?. Pertanyaan yang sangat bagus karena yang saya rasakan sangat luar biasa membuka wawasan pengetahuan dan mindset saya. Sebelumnya wawasan saya sangat sempit dan mindset berpikir saya masih belum terbuka dalam hal-hal yang terjadi dalam saya mengerjakan tugas saya sebagai guru. Bagaimana menggali potensi diri untuk menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid, menggali potensi murid sehingga kemampuanya terasah dan berkembang. Itu saya dapatkan setelah saya mengikuti pelatihan guru penggerak. Luar biasa membuka wawasan ilmu dan memperbaiki mindset berpikir saya yang selama ini ternyata keliru.

             Demikian tugas modul 3.2.a.9 tenteng koneksi antar materi modul pemimpin dalam pengelolaan sumber daya yang dapat saya buat.

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berbagi praktik baik di SDN 03 Simpang kapuak-Lima Puluh Kota

Jumat, 27 Oktober 2023  Luar biasa semangat guru -guru hebat SDN 03 Simpang Kapuak dalam mengikuti pelatihan pembelajarna berbasis IT. Kami ...